
Isu seputar David Beckham yang dikaitkan dengan AC Milan ternyata bukan gosip belaka.
Pagi ini, presiden Adriano Galliani, diikuti pelatih Carlo Ancelotti, membeberkan rencana Rossoneri untuk meminjam eks pemain Manchester United dan Real Madrid itu pada Januari mendatang hingga akhir musim.
Mendengar kabar tersebut, fans Milan dan Serie A melontarkan reaksi keras dan pecah dalam dua kubu. Di antaranya ada yang berpendapat bahwa Beckham akan sukses di lapangan hijau sekaligus membawa Milan kembali ke empat besar.
Di sisi lain, Milan sudah mengalami kerugian yang mencapai Rp290,5 milyar lantaran gagal mencapai Liga Champions musim ini. Dengan demikian, terdapat pihak yang merasa kehadiran Beckham hanya bertujuan untuk meraup keuntungan besar lewat marketing di luar lapangan.
Sebelum berdebat, mari kita tinjau dulu hubungan Beckham dengan Milan...
Apakah Beckham bisa cocok di Milan?
Puncak karirnya sudah lewat. Berusia 33 tahun, dan bermain di kompetisi Liga Utama Amerika Serikat (MLS), Beckham yang dulu tentunya beda dengan Beckham yang sekarang. Staminanya sudah drop, tak bisa tampil prima lagi. Terlihat jelas ia tak bisa lagi bergerak naik-turun di sayap kanan sebagaimana ia sukses melakukannya bersama Manchester United.
Namun, bukan berarti ia tak bisa bermain baik di Milan. Serie A merupakan liga yang lebih lambat karena mengandalkan taktik dan teknik permainan. Beckham sendiri bukan pemain yang bertumpu pada kecepatan larinya. Bila bermain, ia akan memposisikan diri di antara tiga pemain lini tengah, dan perannya adalah untuk memberi umpan manis kepada pemain-pemain di hadapannya - seperti Ronaldinho, Kaka, Alexandre Pato dan Marco Borriello.
Selain itu, pemain-pemain yang merumput di Primera Liga Spanyol akan lebih mudah beradaptasi jika kemudian harus pindah ke Italia, dan sebaliknya. Contoh kecil, sebut saja Ronaldinho yang sudah mencetak tiga gol sejak hijrah dari Barcelona. Sebenarnya, Ronaldinho menunjukkan ia mampu menambah koleksi golnya.
Apakah Milan benar-benar memerlukan jasa Beckham?
Kekuatan Milan selalu terletak pada lini tengahnya - salah satu terbaik di Eropa. Sebagaimana disebutkan di atas, Beckham akan memposisikan diri di antara tiga gelandang. Artinya, ia akan bersaing dengan Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, Massimo Ambrosini, Mathieu Flamini, Emerson, dan Clarence Seedorf guna merebutkan starting line-up. Carlo Ancelotti tentunya akan pusing menentukan siapa saja dari tujuh pemain tersebut yang masuk skuad utama, apalagi semua pemain itu merupakan salah satu kunci timnas masing-masing.
Bagaimana dengan taktik Milan jika Beckham masuk?
Andrea Pirlo sering disebut sebagai pemain yang sulit digantikan. Melihat gaya permainan keduanya, Beckham akan sulit berkreasi jika harus diturunkan bersamaan dengan Pirlo. Pemasangan keduanya juga berakibat fatal buat pertahanan tim. Namun, Beckham bisa menjadi alternatif yang tepat untuk menggantikan Pirlo. Umpan jarak jauh ala Beckham membuatnya mampu mengawali serangan dari posisi manapun.
Apakah pembelian Beckham untuk kepentingan finansial Milan?
Sama halnya dengan klub Italia lainnya, Milan belakangan ini bukan tim yang kuat secara finansial. Wajar saja jika terdapat pihak-pihak yang sinis menuduh Beckham (maupun Ronaldinho), sebagai aset komersiil yang sangat besar sehingga klub bisa keluar dari kondisinya saat ini.
Real Madrid memboyong David Beckham dari Old Trafford pada 2003 bukan karena skillnya, tapi demi uang yang dapat dihasilkan berkat citranya. Majalah Forbes pernah melansir, penjualan merchandise klub meningkat pesat, mencapai $600 juta selama empat tahun Beckham beraksi di Bernabeu.
Galliani sendiri mengakui, sepakbola kini bukan semata-mata urusan taktik dan kemampuan teknis, melainkan stadion yang terisi penuh dan sponsorship.
"Stadion-stadion hanya akan penuh dengan mega bintang seperti Beckham," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar